tag:blogger.com,1999:blog-69592054425772522622024-03-13T13:47:39.370-07:00Panti Pijat SexFoto Tante Hothttp://www.blogger.com/profile/17226384198787357968noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-6959205442577252262.post-24773915913438497112013-01-22T19:31:00.006-08:002013-01-22T19:31:55.265-08:00Alamat Panti Pijat SexAgan-agan berada dalam artikel : <strong><a href="http://pantipijatsex.blogspot.com/">Alamat Panti Pijat Sex</a></strong><br />
selamat membaca dan menikmati semoga bisa<br />
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....<br />
<br />
Untuk sementara waktu artikel tentang : Alamat <strong><a href="http://pantipijatsex.blogspot.com/">Panti Pijat Sex</a></strong><br />
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.<br />
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali<br />
artikelnya, trims sebelumnya<br />
<br />
Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti<br />
dengan cerita plus dibawah ini ya...<br />
semoga ceritanya bisa menghibur Agan - agan...<br />
<br />
<br /><span style="font-size: x-large;"><strong>Istri Kepala Dinas</strong></span><br /><br />Perkenalkanlah namaku Galaxy. Aku adalah seorang teknisi parabola, dan bekerja <br />di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang penjualan antena parabola <br />yang tentu saja membutuhkan teknisi untuk melayani pemasangan dan perbaikan <br />parabola. Di perusahaan ini walau bukan paling senior tetapi aku tergolong <br />paling terampil dan cekatan, hingga jika pimpinan dapat pekerjaan besar, aku <br />yang jadi andalannya.<br /><br />Suatu hari aku mendapat tugas untuk memasang antena parabola di rumah kepala <br />dinas sebuah bank pemerintah. Dengan dibantu 2 orang asisten yakni Edo dan Salim, <br />aku berangkat ke alamat tujuan sambil menenteng segala peralatan. Waktu itu aku <br />diantar sopir kemudian setelah sampai di tujuan, kami bertiga diturunkan berikut <br />segala barang dan peralatannya. Di rumah dinas yang terkesan asri karena <br />dipenuhi pohon mangga, kami diterima oleh satpam yang kemudian setelah <br />mengadakan kontak lewat intercom diberi ijin masuk.<br /><br />Seorang wanita muda berumur sekitar 25 tahun dengan berbusana daster biru malam, <br />sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus menyambut kami. Sekejap aku <br />terpesona melihat kecantikan wajahnya, bibir dan hidungnya luar biasa indahnya.<br />“Selamat pagi, Mbak.., kami yang mau memasang parabola pesanan bapak kepala”.<br />“Ohh, iya silakan masuk saja Mas.., tapi bapak masih dinas, dan kebetulan rumah <br />lagi sepi jadi terserah Mas saja masangnya”.<br /><br />Tanpa basa basi lagi aku segera memerintahkan asistenku untuk segera mulai <br />bekerja, dengan harapan bisa berkenalan tanpa gangguan, siapa tahu nasibku <br />sedang mujur. Dari perkenalan, wanita tersebut bernama Asni dan adalah istri <br />kepala dinas, tepatnya istri kedua, yang duda karena ditinggal mati. Semula <br />kuduga dia adalah anaknya, tapi ternyata ibu dari 2 anak tiri yang umurnya <br />sebayanya. Kedua anak-tirinya wanita dan cantik-cantik, terlihat dari foto besar <br />yang terpajang di ruang keluarga.<br /><br />Sementara kedua asistenku sedang merakit parabola, aku asyik menerangkan aneka <br />macam seputar parabola, mulai dari acara siaran sampai cara merawat parabola. <br />Kelihatan Mbak Asni juga antusias mendengarnya, padahal aku cuma asal bicara <br />agar bisa berlama-lama dekat dengan Mbak Asni sambil terus membayangkan besarnya <br />payudara yang mengembung besar di balik dasternya. Mbak Asni duduk persis di <br />depanku, hingga waktu aku memberi keterangan sambil membuat tulisan di meja, dia <br />terpaksa menunduk untuk ikut membacanya, dan karena krah dasternya longgar <br />sekali maka otomatis semua isi di dalamnya jadi ternganga lebar, jantungku <br />seketika bergetar-getar tak menentu saat menyaksikannya. Batang kemaluanku <br />mendadak beringas laksana torpedo hendak meluncur. Aku tak tahu apa Mbak Asni <br />tahu kalau aku jadi keterusan nulis-nulis sambil sesekali melirik ke balik <br />dasternya. Tampaknya dia cuek saja sambil mendengar penjelasanku.<br /><br />“Diminum dulu Mas.., tehnya, mumpung masih hangat!”, katanya sambil tersenyum <br />manis setengah menggoda. Akupun jadi salah tingkah dan mengiyakannya. Tehnya <br />memang hangat dan segera menyegarkan otakku kembali. Daripada pusing memikirkan <br />cara untuk menggapai gunung kembar, aku minta diri untuk mengawasi pekerjaan <br />asisten.<br /><br />Tak terasa hari telah menjelang sore ketika pekerjaan selesai. Terlihat Mak Asni <br />tengah bersiap untuk mandi. Pikiran kotor langsung menyergap, dan tak kuasa aku <br />menolaknya. Membayangkan kala tangannya mengusap lembut seluruh tubuhnya, lalu <br />dadanya, lalu perutnya, lalu anunya, lalu.., wow, Mbak Asni tidak menyadari <br />kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar <br />mandi telah tertutup aku jadi merasa kehilangan.<br /><br />Dengan reflek aku memberi kode dengan jari telunjuk berdiri di depan mulut pada <br />kedua asistenku. Keduanya malah cengengesan. Tanpa komando, kami kompak <br />menggotong sebuah kursi tinggi agar bisa mengintip lewat lubang angin di atas <br />pintu. Aku langsung saja merebut kesempatan pertama untuk menaiki kursi, dan <br />karena besarnya lubang angin maka seluruh isi kamar mandi jadi terlihat.<br /><br />Mbak Asni tampak mulai mengangkat ujung dasternya ke atas hingga melampaui <br />kepalanya. Tubuhnya tinggal terbalut celana dalam warna coklat dan BH, itupun <br />tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dadaku terasa mau pecah <br />saking menahan napas. Luar biasa keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini. Tetapi <br />aku terkejut dengan caranya mandi, tanpa diguyur air dia mengolesi seluruh <br />tubuhnya dengan sabun cair, lalu tangannya meremasi kedua payudaranya dan <br />berputar-putar di ujungnya. Batang kemaluanku seakan turut merasakan pijitannya <br />jadi membesar. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Mbak Asni <br />meneruskan permainannya ke bawah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, <br />mulutnya menyungging seperti orang kepedasan cabe. Tak sadar tanganku ikut <br />memijiti batang kemaluanku sendiri. Sayang kedua asistenkupun minta giliran <br />jatah tontonan gratis yang aduhai. Merekapun jadi seperti terkena tegangan <br />tinggi, celana kombornya tak mampu menyembunyikan batang yang mencuat kencang.<br /><br />“Ayo, Mass.., masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya <br />tidak terkunci kok!”, tiba-tiba terdengar seruan lembut bernada ajakan. Tetapi <br />terus terang kelembutan itu membuat kami hampir pingsan dan amat sangat <br />mengejutkan. Kami serentak saling berpandangan kebingungan.<br />“Maaf yah Mbak.., kami tidak sengaja kurang ajar”.. Aku menjawab sambil <br />mengambil inisiatif pelan-pelan memutar handel pintu kamar mandi yang memang <br />benar tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, kami bertiga seperti patung <br />menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Mbak Asni tersenyum <br />manis sekali dan tanpa canggung melambaikan tangannya agar kami lebih <br />mendekatinya. Wah tentu saja kami tak perlu mendengar suara ulangan lagi, <br />serempak kami bertiga mengerubuti sang dewi.<br /><br />Dengan posisi duduk di atas bak mandi Mbak Asni menyuruh kami mandi dahulu agar <br />bau keringat kami lenyap. Aku, Edo, dan Salim segera melepas semua pakaian <br />masing-masing, dan seperti anak kecil berebutan mandi di bawah siraman shower. <br />Tanpa rasa malu kami bertiga telanjang bulat di hadapan Mbak Asni. Batang <br />kemaluan kami sudah pada posisi maksimal, mengacung-acung keras minta perhatian. <br />Mbak Asnipun kegelian melihat tingkah kami bertiga. Lalu Mbak Asni memandikan <br />kami satu per satu. Batang kemaluanku yang terlihat paling besar, berdenyut-denyut <br />kala tangan Mbak Asni mengelusinya dengan sabun. Ah, nikmat sekali apalagi <br />begitu tangannya bergerak maju mundur, segera kuraih gunung impianku yang telah <br />nyata di depan hidung dan meremasinya sambil mulut kami saling berpagutan. <br />Sementara Edo dan Salim tidak mau ketinggalan, mereka memang tim yang kompak. <br />Tangan Edo menggerayangi selangkangan Mbak Asni yang nyaris tertutup seluruhnya <br />oleh bulu ikal yang lebat. Sedang Salim kebagian pekerjaan menjilati pantat Mbak <br />Asni, kelihatan Mbak Asni keenakan sekali ketika ujung lidah Salim menjongkel-jongkel <br />lubang anusnya. Tangan Mbak Asnipun dengan adil bergantian meremas dan mengocok <br />batang kemaluan kami, yang tentu saja membuat kami semua mengerang kenikmatan.<br /><br />Mungkin karena kurang leluasa dengan posisi berdiri, Mbak Asni mengajak kami <br />bertiga segera menyudahi acara mandi bersama. Dan mengajak pindah lokasi ke <br />kamar tidur. Salim yang anak keturunan Arab telentang di atas kasur, batangnya <br />yang sangat panjang menegang ke atas persis seperti orang punya ekor. Mbak Asni <br />tanpa ragu-ragu segera mengangkanginya dan menyodorkan vaginanya. Salim <br />kegirangan segera menjilatinya dengan rakus sampai berbunyi cipak-cipuk. Mbak <br />Asnipun keenakan sambil menyosor-nyosorkan vaginanya ke mulut Salim agar lidah <br />Salim lebih masuk ke dalamnya. Tanpak Salim semakin gigih menyedoti cairan <br />vagina Mbak Asni. Sedang Edo yang tak tahan menunggu lalu menyodorkan batangnya <br />yang bulat hitam ke mulut Mbak Asni. Mulut Mbak Asni tampak menganga menyambut <br />kehadirannya. Lidahnya berputar-putar mengulum batang Edo, lalu memainkannya <br />maju mundur. Terang saja Edo melenguh-lenguh merasakan kenikmatan yang luar <br />biasa.<br /><br />Aku tak habis berpikir menyaksikan istri seorang pejabat terhormat dengan ganas <br />mengerang-erang menikmati pelayanan kami. Barangkali suaminya memang sudah tua <br />atau impoten, hingga tidak menyia-nyiakan kehadiran kami. Padahal menurutku Mbak <br />Asni cantik sekali, hidungnya mancung, bibirnya agak tebal, sensual sekali. Dan <br />badannya padat berisi apalagi kala kuremas-remas payudaranya jelas seperti gadis <br />perawan. Membuatku gemas sekali menyedoti ujung puting susunya. Lidahku mengais-ngais <br />agak ngawur ke sana ke sini. Tapi semakin ngawur semakin membuat Mbak Asni <br />bersemangat mengocok batang Edo dengan mulutnya. Dan akhirnya Edo tampak <br />kewalahan menahan permainan Mbak Asni. Tangannya mencengkeram kepala Mbak Asni <br />sambil mendorong ke arah selangkangannya. Hingga batangnya habis tertelan mulut <br />Mbak Asni, lalu “Cret.., cret.., crett”, Batang Edo menyemburkan maninya, Mbak <br />Asnipun tidak merasa jijik atau bagaimana segera menelan habis mani Edo, sambil <br />lidahnya terus menjilati ujung batang Edo. Karuan saja Edo kegelian dan terus <br />memuntahkan “lahar” hingga loyo.<br /><br />Aku segera membalik badan Mbak Asni lalu kedua kakinya buru-buru kuangkat ke <br />atas. Vaginanya kelihatan terbuka kemerahan walau dirimbuni bulu yang sangat <br />lebat. Lalu.., “Bless”, sekali tancap batangku amblas ke dalamnya. Karena <br />batangku sudah berdenyut-denyut dari tadi maka seperti orang kesetanan aku <br />mengayunkan pinggangku maju mundur. Mata Mbak Asni membelalak merasakan <br />kenikmatan yang tiada taranya. Dari liang kewanitaannya mengalir cairan lendir <br />banyak sekali. Akibatnya goyanganku menimbulkan suara gaduh. Mbak Asni mengerang-erang <br />kala aku menyemburkan air maniku.Banyak sekali keluarnya, maklum lagi bernapsu <br />besar.<br /><br />Salim segera menggantikan posisiku, dan langsung memompa vagina Mbak Asni. Aduh, <br />tak terbayangkan kenikmatan yang dirasakan oleh Mbak Asni. Mukanya tampak <br />bahagia sekali. Pinggulnya menghentak-hentak mengikuti gerakan Salim. Apalagi <br />batang Salim yang sangat panjang membuat Mbak Asni kelojotan kala batang itu <br />mengayun tandas ke dalam. Sambil meremas keras sprei kasur, Mbak Asni kelihatan <br />mencapai klimaks yang entah ke berapa. Sampai Salim pun menggelepar di atas <br />perut Mbak Asni.<br />Foto Tante Hothttp://www.blogger.com/profile/17226384198787357968noreply@blogger.com1